Senin, 23 Maret 2015

Diposting oleh Aulia FC di 15.17
Hal yang harus kau lakukan sebagai seorang anak adalah mendengarkan apa yang orang tuamu katakan. Percayalah mereka tahu tentang apa yang mereka sampaikan, sudah acap kali mereka merasakan dan mengkajinya ulang agar tersisa hanya yang terbaik bagimu. Tak salah jika dirimu merasa sesak oleh permintaan mereka, tapi yakinlah ada hal buruk yang hendak mereka jauhkan darimu. Tetap ada bagimu kuasa menanyakan “kenapa?” jangan langsung membantah, pikirkan saja dulu.
Bahkan ada alasan ketika orang tuamu memintamu untuk tidak berpacaran ketika kau sudah merasa cukup umur. Mereka lebih mengenal dirimu, anaknya. Ada perasaan dan hatimu yang selalu ingin mereka lindungi. Kau belum banyak tahu asam cuka cinta.
Dan hal inilah yang paling aku sesali saat ini.
Harusnya aku masih berdiri sumringah menatap langit gelap berbintang, bersorak-sorai dalam riuh hujan. Bukan mereka-reka kisah yang telah usang dan menjadikannya kian menyayat dengan derai air mata. Mestinya aku menurut saja tentang fokus sekolah dan tidak berpacaran terlebih dahulu. Aku hanya berpikir bagaimana menghapus ingatanku tentang semua ini. Jika dengan membenturkan kepala aku bisa menghapusnya, aku sudah melakukannya sejak dulu. Kisah dengan folder cinta itu terkunci di kepalaku, filenya terhambur begitu saja jika dipicu suasana serupa masa lalu.
Aku benar-benar ingin memformat isi kepalaku tentang cerita yang kini menjadi duri bagiku. Bukan menghapus orang yang ada bersamaku di file itu, hanya kisah antara kami perlu di edit dan di-remake. Biar dia tinggal sebagai orang yang dulu kupercaya mendengar segala desah hatiku, bukan pemberi gradasi semu membiru.
Aku juga tak ingat betul tentang siapa yang membiarkan ikatan yang kini kusesali ini terjalin, menjadi erat, dan kemudian lapuk merenggang. Yang tinggal di ingatanku hanya diriku yang bodoh ini mengiyakan saja ketika ia mulai menebar pukat.
Dalam tanggalan yanga ada di ponsel dan kamar, kulingkari dengan pena merah mudaku. Inginnya aku selalu merayakan hari manis yang diluar dugaanku terkikis juga oleh ikatan antara kami yang kian semrawut. Aku tidak munafik, sebenarnya masih ada saja perasaan ingin bersama-sama lagi. Tapi ini bukan negeri dongeng dengan peri yang selalu mengabulkan permintaan tuan putrinya. Yang harus sadar adalah aku, yang harus bangkit adalah aku, jika tidak maka aku yang menjadi debu terkikis luka yang aku gores sendiri.
Aku mulai tersadar ketika timbul dalam diriku rasa benci untuk pulang. Hatiku sudah direngkuh oleh kota rantau ini. Lagi-lagi ini kubuat sendiri. Aku benci merindukanmu dan berharap melepas rindu di kota kecil tempat kita harusnya berpulang. Namun, selusur kota ini kulalui sendiri sembari muncul kembali kenangan setiap waktunya, saat masih kita bisa semaunya bersua.
Banyak yang mengatakan wanita adalah ahli sejarah. Aku salah satu dari mereka.

Tentang semua yang kita, tidak, kau dan aku rencanakan dulu. Semua masih lekat di ingatanku, tidak setitik komapun terlupa. Kau yang sangat ingin merasakan sensasi kecanduan oleh romansa drama-drama korea, ingin menyaksikannya bersama denganku agar kau tak lagi aku acuhkan untuk 20 episode yang dipastikan menyita fokusku. Dihari hujan di tanah lapang kota tempat kita berjanji untuk bersama dan saling memiliki satu sama lain kau juga ada kemauan datang lagi denganku sembari menyantap jagung serut dengan asap yang mengepul wangi dengan topping keju susu. Di akhir minggu ketika kita pulang dari lelah berjuang di tanah orang kau juga menginginkan pergi ke gedung bioskop melatih pupil kita ditengah gelap menonton film, film apa saja. Hhhhh.... cukup banyak bukan? Tapi sudahlah, aku tidak terluka ketika menceritakan ini. Itu adalah rencana, boleh saja tidak terrealisasi.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Aulia FC Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review